Kegiatan Studi Pengembangan Produk Dan Minat Pariwisata Java Promo 2015 ke
Kota Bandung, Jawa Barat dilaksanakan oleh Sekretariat Bersama Java Promo,
sebagai Forum Kerjasama Pengembangan Pariwisata Antar Kabupaten/Kota di
Yogyakarta dan Jawa Tengah, pada tanggal 26 sampai dengan 29 Oktober 2015, yang
diikuti oleh 14 Peserta yang merupakan perwakilan dari 14 Bappeda Kab/Kota di
DIY & Jawa Tengah. Tujuan Studi Lapangan ini adalah untuk Peningkatan dan
pengembangan kapasitas SDM dalam rangka pengembangan produk dan minat
pariwisata daerah dalam konteks perencanaan pembangunan, dan studi
observasi/kasus lapangan pengembangan produk dan minat pariwisata.
Secara umum rangkaian pelaksanaan kegiatan di bagi dalam 2 sub kegiatan
yaitu: a) Temu Wicara Pengembangan Produk dan Minat Pariwisata, yan
dilaksanakan di Bappeda dan Ruang Wakil Walikota Bandung Jawa Barat pada Tgl 27
Oktober 2015 dalam bentuk temu wicara dan diskusi Pengembangan Produk dan Minat
Pariwisata Kota Bandung dengan Wakil Walikota Bandung, Bappeda Kota Bandung,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Dinas Perindagkop Kota Bandung; b)
Observasi Kunjungan Lapangan, dengan melakukan kunjungan lapangan ke beberapa
destinasi wisata di Kota Bandung.
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis pada sebagian besar
Kabupaten dan Kota yang ada di wiayah regional DIY dan Jawa Tengah. Selain
sebagai pemberi kontribusi terhadap PAD, pariwisata juga merupakan sektor yang
memiliki multiflier effect terhadap akselerasi pengembangan ekonomi masyarakat.
Salah satu daya tarik wisata terkait dengan pengembangan destinasi pariwisata
di wilayah DIY dan Jawa Tengah adalah wisata baik yang berwujud alam, budaya
maupun buatan. Dalam hal ini studi Pengembangan Produk dan Minat Pariwisata
sangat diperlukan untuk pengembangan destinasi pariwisata Java Promo ke depan.
Kota Bandung merupakan salah satu kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat
memiliki luas wilayah mencapai 16.000 Ha, terdiri dari 30 Kecamatan dan 151
Kelurahan, 1.561 RW, 10.000 RT dengan jumlah penduduk mencapai hampir 2,5 juta
jiwa. Sesuai dengan Visi Kota Bandung yaitu : Unggul, Nyaman dan Sejahtera,
terdapat 3 pilar atau langkah strategis yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat yaitu : a. Inovasi b. Desentralisasi dan c. Kolaborasi.
Dalam konteks perkembangan perekonomian daerah, Kota Bandung pada tahun
2014 mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7,6% dan tertinggi dibandingkan
Kota/Kabupaten lain di Indonesia. Kemudian secara sektoral didukung oleh 3
sektor utama yaitu PHR, Pertanian dan Jasa-Jasa. Kontribusi PHR mencapai 42 %,
Jasa-Jasa 38% dan industri sebesar 9,8%. Kontribusi sektor PHR merupakan yang
terbesar dikarenakan Kota Bandung merupakan salah satu destinasi tujuan wisata
utama di Jawa Barat sehingga berimplikasi sangat positif pada perkembangan
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pada Tahun 2014 jumlah kunjungan
wisatawan mencapai 6 juta orang, meningkat 6,54% dari jumlah kunjungan tahun
2013. Capaian jumlah kunjungan wisatawan ini merupakan yang tertinggi untuk
kategori Kota di Indonesia. Secara umum terdapat sekitar 20 obyek wisata di
Kota Bandung yang merupakan kombinasi dari wisata budaya dan minat khusus
(buatan). Karakteristik dari produk dan minat pariwisata Kota Bandung adalah
wisata perkotaan dengan spesifikasi meliputi : Kuliner, Tekstil Fashion
Heritage (TFH), Belanja dan Seni Budaya.
Pengembangan kepariwisataan khususnya pada aspek produk dan minat
pariwisata di Kota Bandung sebagai sektor strategis daerah diarahkan dan
difokuskan pada 3 aspek utama yaitu : pengembangan promosi, pengembangan dan
perluasan investasi dan pemberdayaan ekonomi lokal melalui intensifikasi
ekonomi kreatif masyarakat berbasis pariwisata. Pengembangan promosi diarahkan
pada peningkatan jejaring promosi dan informasi wisata baik melalui paket
wisata, travel agent maupun IT. Sedangkan dalam hal investasi pariwisata, telah
dilakukan perbaikan dan inovasi pada regulasi dan kebijakan penanaman modal
dengan membuka kesempatan yang luas bagi investor dalam berinvestasi di Kota
Bandung baik dengan model BOT, pengembangan kawasan wisata terpadu, maupun
investasi perorangan pada usaha hotel dan restoran sebagai pendukung utama
pariwisata. Pemberdayaan ekonomi lokal diarahkan pada pengembangan kreatifitas
hasil ekonomi masyarakat baik dalam bentuk makanan olahan, kuliner, tekstil,
dan rekreasi hiburan umum dengan melibatkan masyarakat sebagai pelaku sehingga
diharapkan dampak memberi kontribusi yang positif dalam peningkatan ekonomi
masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan produk dan minat pariwisata daerah, Pemerintah
Kota Bandung telah mencanangkan pengembangan perwilayahan berbasis pariwisata
dengan tema : Bandung, The Smart and Creative City dengan melakukan beberapa
program inovasi meliputi : a) Bandung Tecnopolis, terletak di Gede Bage
(Sebelah Timur Kota Bandung), merupakan suatu kebijakan dan program
pengembangan perwilayahan dengan membuat pusat pengembangan wilayah yang baru
dalam rangka memeratakan dan mengarahkan pengembangan kota yang selama ini
lebih terpusat di Kota Bandung. Melalui konsep pengembangan Bandung Tecnopolis,
akan tercipta suatu kota yang diharapkan dapat memberikan kenyamanan untuk
hidup, bekerja dan bermain bagi masyarakat (living, work and play) dengan
mengedepankan aspek smart city dan TI, sehingga diharapkan dapat menjadi
destinasi wisata alternatif baru bagi wisatawan ; b) Pengembangan Kecamatan
sebagai sentra pengembangan pariwisata kreatif, merupakan kebijakan dari
Pemerintah Kota Bandung dalam rangka mengakselerasi pengembangan wilayah
kecamatan dengan mengarahkan pengembangan wilayah ke kecamatan melalui
penciptaan kampung kampung kreatif untuk menjadi Desa Wisata Kreatif (Tematik)
sesuai dengan potensi unggulan masing masing antara lain seni budaya, TI,
kuliner dan jasa. Contoh yang sudah ada : Kampung Blekok, Kampung Batik dan
kampung Toge; c) Bandung Kota Aplikasi Terintegrasi, pengembangan Bandung
Command Centre (BCC), merupakan inovasi dalam aplikasi terintegrasi melalui
pengembangan Bandung Integrated Resources Mass System Strategy (BIRMS) yakni
suatu sistem pengelolaan sumber daya pemerintahan yang terintegrasi bikrokrasi
dari hulu ke hilir dalam rangka menunjang pengelolaan keuangan daerah,
pengembangan Taman-Taman Kota yang berbasis TI, dalam rangka mengembangakan
kreatifitas masyarakat; dan d) Pengembangan Heritage Tourism, pengembangan
destinasi alternatif melalui pengembangan heritage village, yang telah
dipetakan dengan jumlah mencapai 99 lokasi, yang diharapkan dapat menjadi daya
tarik pariwisata berbasis budaya di Kota Bandung.
Namun demikian masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh
Pemerintah Kota Bandung dalam pengembangan pariwisata meliputi:
•
Infrastruktur yang belum optimal: kondisi jalan kota yang sudah over kapasitas,
keterbatasan sarana dan fasilitas wisata serta daya dukung destinasi yang belum
optimal
•
Akses transportasi khususnya melalui jalur udara ke Kota Bandung sangat
terbatas sehingga berdampak pada penjadwalan rencana kunjungan wisatawan yang
menjadi terbatas pula khususnya dari luar Pulau Jawa.
•
Keterbatasan SDM dan pelayanan pariwisata yang secara umum masih memerlukan
upaya peningkatan kapasitas dan kualitas.
Kegiatan studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangan
pemikiran yang positif bagi Kabupaten/Kota dalam mengembangkan kepariwisataan
yang ada di wilayahnya khususnya pada pengembangan produk dan minat pariwisata.
(RS/Bppd)