Detail Informasi

Siang itu masih berkabut, padahal waktu sudah menunjukkan jam : 11.34 WIB. Rombongan visualisasi data dalam perjalanan menapaki jalanan berbatu setelah memasuki area Desa Kwadungan Gunung Kecamatan Kledung dan melihat petunjuk arah ke obyek Sedadap. Dari informasi penduduk di jalan, rombongan harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh mengarah ke puncak Gunung Sindoro. Disamping jalanan yang tidak begitu rata dan terus menanjak, dan licin karena gerimis ditambah kabut tebal yang menghalangi pandangan memaksa perjalanan agak lambat dan hati-hati. Sepanjang kiri dan kanan jalanan dihiasi dengan tanaman tembakau yang basah oleh gerimis yang tak juga berhenti. Dari penduduk setempat yang ditemui di sepanjang perjalanan, diperoleh informasi bahwa kawasan Sedadap sudah tidak jauh lagi.



Benar saja, selang beberapa menit kemudian, rombongan sampai pada sebuah jalan setapak yang menanjak. Sayangnya, kendaraan roda empat tidak bisa melewati, sehingga harus jalan kaki untuk menuju lokasi. Setelah beberapa ratus meter perjalanan menanjak di tengah gerimis dan berkabut, rombongan sampai pada perbatasan lahan penduduk dan lahan pepohonan pinus yang merupakan ciri khas lereng Sindoro. Dari sini sudah terlihat ada satu dua gazebo yang kelihatannya masih dalam tahap pembangunan meskipun sudah bisa dimanfaatkan untuk berteduh dan memandangi kejauhan. Namun kabut tebal menghalangi jarak pandang dan dingin yang semakin menggigit membuat rombongan kurang leluasa menikmati keindahan panorama yang ada. Tidak terbayang bagaimana pemandangannya seandainya cuaca mendukung.

Masih terlihat jalanan setapak yang terus mendaki, sehingga rombongan meneruskan langkah. Semakin ke atas, ternyata semakin banyak bangunan yang diperuntukkan untuk gazebo. Akhirnya sampailah di gazebo yang tertinggi. Rombongan diterima oleh pak Untung dan beberapa penduduk setempat yang kebetulan sedang berada di lokasi. Beliau dan rekan-rekannya sedang menyelesaikan pembangunan gazebo dan kelengkapan bangunan lain, yang direncanakan akan digunakan sebagai lokasi camping oleh rombongan mahasiswa dari sebuah universitas di Yogyakarta pada pertengahan bulah September tahun ini. Dari pak Untung, yang merupakan orang yang dituakan di sini, kami ketahui bahwa pengembangan kawasan Sedadap ini mulai dirintis karena adanya keprihatinan akan kebakaran kawasan ini pada tahun 2015 yang menghanguskan sebagian pepohonan yang ada. Dengan mengerahkan anak-anak muda setempat dan dukungan swadaya masyarakat serta atas ijin dari pihak Perhutani, maka orang-orang kreatif ini mulai melaksanakan apa yang menjadi niatan bersama, yaitu memperbaiki habitat hutan yang habis terbakar melalui reboisasi. Bersamaan dengan even peringatan 17 Agustus 2016, berkenaan dengan lomba membuat karya antar RT, maka beberapa hasil karya yang berupa bangunan maupun binatang kemudian dibawa dan ditempatkan di kawasan Sedadap begitu even selesai. Tidak sampai di situ saja. Menurut pak Untung, nantinya kawasan tersebut akan lebih dikembangkan lagi sehingga menjadi kawasan wisata panorama yang tidak kalah dengan wisata-wisata sejenis di tempat lain. Dengan demikian, diharapkan nantinya akan semakin mengangkat nama kawasan Sedadap khususnya dan Desa Kwadungan Gunung umumnya.

Namun, perjalanan masih sangat panjang. Kawasan yang indah ini hanyalah akan menjadi kawasan yang tak dikenal jika tidak ada bantuan dari pihak-pihak yang berkepentingan di jajaran birokrasi, karena jika hanya mengandalkan potensi masyarakat saja, maka progress dari kegiatan ini akan berjalan lambat mengingat keterbatasan kemampuan. Semoga apa yang menjadi niat baik pak Untung dan rekan-rekan relawan ini dapat menginspirasi kita semua dalam ikut menggali potensi yang ada di daerah masing-masing. Semoga.. (HP/Bpd)