Dikisahkan oleh warga setempat bahwa Kyai Lenging membuat saluran air hanya seorang diri, mengalali tanah dari lembah dawuhan untuk di alirkan ke areal persawahan miliknya, setiap hari istri kyai Lenging yaitu Nyi Lenging selalu menyiapkan satu buah ketupat sebagai bekal untuk membuat saluran. Satu persatu dari hari ke hari ketupat itulah yang di jadikan tanda waktu lamanya pembuatan saluran, Tepat pada hari ke seribu penggalian saluran yang dilakukan Kyai Lengin selesai dan sampai di areal sawahnya, Untuk menandai selesesainya pembuatan saluran irigasi itu Kyai Lenging Mengelar pertunjukan Tledek satu malam suntuk yang saat ini diganti dengan Wayang Kulit sehari semalam.
Nilai yang khas dari tradisi ini ialah jumlah ketupat yang jumlahnya lebih dari 1000 butir dan dipikul bersama sama dari dusun Gedongan ke Lembang Dawuhan silenging. Usai berdoa, sesepuh warga kemudian membagikan ketupat dan gunungan dari hasil pertanian pada warga. Sebagian warga makan bersama, sementara pemuda dan anak-anak melakukan perang air di saluran irigasi, yakni saling mencipratkan air hingga basah kuyub.